Penginjil Dan Penginjilan
A. Pengertian Penginjilan
Kata Yunani untuk penginjil ialah “evangelis” atau “euangelistes” yang artinya: “Seorang pembawa berita sukacita dalam hal ini berita Injil. Sedangkan kata Yunani untuk Injil ialah “euangelion” yang artinya kabar/berita yang memberi sukacita, yang isinya adalah Allah menawarkan keselamatan kekal kepada manusia yang percaya kepada pengorbanan Yesus di kayu salib, seperti yang dikemukakan oleh Paulus dalam 1 Korintus 15:3-4 dan oleh Yesus sendiri dalam Yohanes 3:16.
B. Tugas Penginjilan
Tugas penginjilan diberikan oleh Tuhan Yesus setelah kebangkitan dari antara orang dan pra-kenaikan-Nya ke sorga. Tugas ini dikenal dengan Amanat Agung Tuhan Yesus Kristus – Matius 28:18-20; Markus 16:15-18; Lukas 24:46-48; Efesus 4:11-12; 1 Petrus 3:15. Secara sepintas kalau diperhatikan bahwa tugas pemberitaan Injil hanya dibebankan ke pundak murid-murid Tuhan Yesus saja pada waktu itu.
Tetapi, bila kita mengamati lebih mendalam, maka kita menemukan bahwa tugas pemberitaan Injil itu adalah tanggung jawab setiap orang percaya seperti yang dikemukakan dalam bagian-bagian Alkitab di atas. C. Profesi Penginjil Ada tiga profesi paling mulia di dunia ini. Pertama adalah bidan, yaitu mereka yang menolong seseorang untuk datang ke dunia ini. Kedua adalah guru, yaitu mereka yang mempersiapkan seseorang untuk menjalani hidup di dunia ini. Ketiga adalah penginjil, yaitu mereka yang mengingatkan dan menunjukkan jalan kepada seseorang untuk masuk ke dalam hidup yang kekal. Namun, sekalipun pekerjaan pemberitaan Injil adalah pekerjaan yang mulia karena memberitakan keselamatan bagi orang-orang yang akan binasa, tetapi faktanya banyak orang yang merasa alergi jika kedatangan seorang penginjil. Kita semua tentu tidak ingin menjadi penginjil yang tidak disukai oleh orang. Tetapi sebaliknya, untuk menjadi penginjil yang mempunyai hal-hal yang positif seperti di atas, kita pun merasa kesulitan. Lalu, bagaimana? Apakah kita tidak perlu memberitakan Injil? Tentunya tidak, kita akan tetap memberitakan Injil tetapi sesuai dengan keberadaan dan kemampuan kita masing-masing tanpa harus menjadi orang lain. D. Cara Penginjilan Alkitab mencatat ada berbagai macam cara untuk melakukan pekerjaan penginjilan. Semua cara ini hendaknya dijalankan sesuai dengan kondisi setempat dan tidak perlu dipaksakan atau dipertentangkan satu sama lainnya. Ada keunggulan dan kelemahan dari masing-masing cara di dalam penerapannya. 1. Penginjilan melalui pemuridan Program pemuridan yang dilakukan oleh Tuhan Yesus adalah dengan hidup bersama-sama, jalan bersama-sama, praktek bersama-sama dengan murid-murid-Nya. Program pemuridan seperti ini baik sekali karena murid-murid langsung dapat belajar dari gurunya, sehingga yang diajarkan bukan hanya teori saja tetapi juga praktek dan teladan hidup. Tuhan Yesus memanggil dua belas orang untuk menjadi murid-Nya yang digembleng secara langsung oleh Tuhan Yesus – Matius 4:18-22; Yohanes 11:54. Penginjilan melalui program pemuridan ini masih dapat kita jumpai dewasa ini di dalam penginjilan kepada suku-suku terasing di mana penginjilnya tinggal dan hidup bersama-sama dengan penduduk setempat. Ada juga sekolah-sekolah Alkitab yang menerapkan gaya hidup pemuridan seperti yang dilakukan oleh Tuhan Yesus. 2. Penginjilan melalui KKR Di dalam perjalanan pelayanan-Nya, beberapa kali Yesus melakukan program penginjilan dalam jumlah peserta yang amat besar, misalnya ketika Yesus berkhotbah di bukit (Matius 5:1-12); ketika Yesus memberi makan 4000 dan 5000 orang (Matius 15:32-39; Markus 6:30-44). Pasca kenaikan Tuhan Yesus sampai dewasa ini, juga terjadi penginjilan dalam jumlah yang besar. Pada hari pentakosta, di mana Petrus berkhotbah di depan ribuan orang dan yang bertobat saat itu adalah berjumlah 3000 orang (Kisah Para Rasul 2:14-41). 3. Penginjilan kepada kelompok Yesus juga melakukan penginjilan kepada kelompok-kelompok yang dijumpai-Nya di dalam perjalanan-Nya. Kelompok-kelompok ini tidak dalam jumlah ribuan orang, mungkin hanya puluhan atau bahkan kurang dari sepuluh, misalnya: kepada teman-teman Matius (Matisu 9:10); di rumah-rumah ibadat (Lukas 4:15, 42-44); dan di Genesaret (Markus 6:53-56). Setiap jiwa sangat berharga bagi Tuhan Yesus. Ia bukan melihat kepada jumlah yang besar, namun Ia menghargai setiap jiwa yang Ia jumpai. 4. Penginjilan melalui penyataan kuasa Allah Pemberitaan Injil, tidak harus melalui khotbah terlebih dahulu, tetapi dapat terjadi melalui penyataan kuasa Allah terlebih dahulu. Dengan melalui penyataan kuasa Allah terlebih dahulu, justru orang-orang akan semakin percaya kepada apa yang akan dikatakan oleh si pemberita Injil. Di dalam pelayanan Tuhan Yesus, Ia sering menyembuhkan seseorang terlebih dahulu sebelum memberitakan sesuatu kepadanya, misalnya: ketika Yesus membangkitkan seorang anak muda di Nain (Lukas 7:11-17); ketika Yesus menyembuhkan Bartimeus (Markus 10:46-52). Hal yang sama juga dilakukan oleh Petrus terhadap Eneas, seorang yang sudah terbaring selama delapan tahun karena lumpuh (Kisah Para Rasul 9:32-35). 5. Penginjilan pribadi Sekalipun pelayanan Yesus luar biasa dan penuh dengan kuasa sehingga banyak orang yang datang kepada-Nya untuk mendengarkan pengajaran-Nya dan memohon kesembuhan dari-Nya, tetapi Yesus tetap juga melayani pribadi-pribadi yang dijumpai-Nya sekalipun hanya satu orang saja, misalnya: ketika Nikodemus datang kepada Yesus (Yohanes 3:1-21); ketika Yesus bertemu dengan Zakheus (Lukas 19:1-10); ketika Yesus berjumpa dengan seorang perempuan Samaria (Yohanes 4:1-42). Kita tidak mungkin melakukan semua bentuk penginjilan seperti yang disebutkan di atas. Ada negara di mana pemberitaan Injil di larang untuk dilakukan, apalagi untuk mengadakan kebaktian kebangunan rohani secara besar-besaran. Kita juga tidak mungkin melakukan penginjilan dalam program pemuridan seperti yang dilakukan oleh Tuhan Yesus, karena kondisi yang sudah tidak memungkinkan lagi. Kita tidak dapat berjalan dari satu kota ke kota yang lain dan menginap di mana saja di tempat yang kita mau. Juga tidak semua kita mempunyai talenta untuk berkhotbah guna mengadakan kebaktian kebangunan rohani yang dihadiri oleh ribuan orang. Mungkin berbicara di hadapan sepuluh orang saja kita sudah gemetaran. Tapi satu hal yang bisa kita lakukan adalah melakukan penginjilan pribadi ke pribadi. Kita dapat menginjili orang-orang yang biasa kita jumpai di dalam kehidupan kita sehari-hari dengan menggunakan karunia kita masing-masing. Itulah sebabnya, model penginjilan yang akan kita pelajari lebih jauh adalah model penginjilan pribadi, atau secara lebih khusus lagi disebut sebagai penginjilan kerabat. Kita akan menginjili orang-orang yang berada di sekitar kita, mulai dari keluarga, teman-teman, relasi, bawahan dan pimpinan kita.
Tetapi, bila kita mengamati lebih mendalam, maka kita menemukan bahwa tugas pemberitaan Injil itu adalah tanggung jawab setiap orang percaya seperti yang dikemukakan dalam bagian-bagian Alkitab di atas. C. Profesi Penginjil Ada tiga profesi paling mulia di dunia ini. Pertama adalah bidan, yaitu mereka yang menolong seseorang untuk datang ke dunia ini. Kedua adalah guru, yaitu mereka yang mempersiapkan seseorang untuk menjalani hidup di dunia ini. Ketiga adalah penginjil, yaitu mereka yang mengingatkan dan menunjukkan jalan kepada seseorang untuk masuk ke dalam hidup yang kekal. Namun, sekalipun pekerjaan pemberitaan Injil adalah pekerjaan yang mulia karena memberitakan keselamatan bagi orang-orang yang akan binasa, tetapi faktanya banyak orang yang merasa alergi jika kedatangan seorang penginjil. Kita semua tentu tidak ingin menjadi penginjil yang tidak disukai oleh orang. Tetapi sebaliknya, untuk menjadi penginjil yang mempunyai hal-hal yang positif seperti di atas, kita pun merasa kesulitan. Lalu, bagaimana? Apakah kita tidak perlu memberitakan Injil? Tentunya tidak, kita akan tetap memberitakan Injil tetapi sesuai dengan keberadaan dan kemampuan kita masing-masing tanpa harus menjadi orang lain. D. Cara Penginjilan Alkitab mencatat ada berbagai macam cara untuk melakukan pekerjaan penginjilan. Semua cara ini hendaknya dijalankan sesuai dengan kondisi setempat dan tidak perlu dipaksakan atau dipertentangkan satu sama lainnya. Ada keunggulan dan kelemahan dari masing-masing cara di dalam penerapannya. 1. Penginjilan melalui pemuridan Program pemuridan yang dilakukan oleh Tuhan Yesus adalah dengan hidup bersama-sama, jalan bersama-sama, praktek bersama-sama dengan murid-murid-Nya. Program pemuridan seperti ini baik sekali karena murid-murid langsung dapat belajar dari gurunya, sehingga yang diajarkan bukan hanya teori saja tetapi juga praktek dan teladan hidup. Tuhan Yesus memanggil dua belas orang untuk menjadi murid-Nya yang digembleng secara langsung oleh Tuhan Yesus – Matius 4:18-22; Yohanes 11:54. Penginjilan melalui program pemuridan ini masih dapat kita jumpai dewasa ini di dalam penginjilan kepada suku-suku terasing di mana penginjilnya tinggal dan hidup bersama-sama dengan penduduk setempat. Ada juga sekolah-sekolah Alkitab yang menerapkan gaya hidup pemuridan seperti yang dilakukan oleh Tuhan Yesus. 2. Penginjilan melalui KKR Di dalam perjalanan pelayanan-Nya, beberapa kali Yesus melakukan program penginjilan dalam jumlah peserta yang amat besar, misalnya ketika Yesus berkhotbah di bukit (Matius 5:1-12); ketika Yesus memberi makan 4000 dan 5000 orang (Matius 15:32-39; Markus 6:30-44). Pasca kenaikan Tuhan Yesus sampai dewasa ini, juga terjadi penginjilan dalam jumlah yang besar. Pada hari pentakosta, di mana Petrus berkhotbah di depan ribuan orang dan yang bertobat saat itu adalah berjumlah 3000 orang (Kisah Para Rasul 2:14-41). 3. Penginjilan kepada kelompok Yesus juga melakukan penginjilan kepada kelompok-kelompok yang dijumpai-Nya di dalam perjalanan-Nya. Kelompok-kelompok ini tidak dalam jumlah ribuan orang, mungkin hanya puluhan atau bahkan kurang dari sepuluh, misalnya: kepada teman-teman Matius (Matisu 9:10); di rumah-rumah ibadat (Lukas 4:15, 42-44); dan di Genesaret (Markus 6:53-56). Setiap jiwa sangat berharga bagi Tuhan Yesus. Ia bukan melihat kepada jumlah yang besar, namun Ia menghargai setiap jiwa yang Ia jumpai. 4. Penginjilan melalui penyataan kuasa Allah Pemberitaan Injil, tidak harus melalui khotbah terlebih dahulu, tetapi dapat terjadi melalui penyataan kuasa Allah terlebih dahulu. Dengan melalui penyataan kuasa Allah terlebih dahulu, justru orang-orang akan semakin percaya kepada apa yang akan dikatakan oleh si pemberita Injil. Di dalam pelayanan Tuhan Yesus, Ia sering menyembuhkan seseorang terlebih dahulu sebelum memberitakan sesuatu kepadanya, misalnya: ketika Yesus membangkitkan seorang anak muda di Nain (Lukas 7:11-17); ketika Yesus menyembuhkan Bartimeus (Markus 10:46-52). Hal yang sama juga dilakukan oleh Petrus terhadap Eneas, seorang yang sudah terbaring selama delapan tahun karena lumpuh (Kisah Para Rasul 9:32-35). 5. Penginjilan pribadi Sekalipun pelayanan Yesus luar biasa dan penuh dengan kuasa sehingga banyak orang yang datang kepada-Nya untuk mendengarkan pengajaran-Nya dan memohon kesembuhan dari-Nya, tetapi Yesus tetap juga melayani pribadi-pribadi yang dijumpai-Nya sekalipun hanya satu orang saja, misalnya: ketika Nikodemus datang kepada Yesus (Yohanes 3:1-21); ketika Yesus bertemu dengan Zakheus (Lukas 19:1-10); ketika Yesus berjumpa dengan seorang perempuan Samaria (Yohanes 4:1-42). Kita tidak mungkin melakukan semua bentuk penginjilan seperti yang disebutkan di atas. Ada negara di mana pemberitaan Injil di larang untuk dilakukan, apalagi untuk mengadakan kebaktian kebangunan rohani secara besar-besaran. Kita juga tidak mungkin melakukan penginjilan dalam program pemuridan seperti yang dilakukan oleh Tuhan Yesus, karena kondisi yang sudah tidak memungkinkan lagi. Kita tidak dapat berjalan dari satu kota ke kota yang lain dan menginap di mana saja di tempat yang kita mau. Juga tidak semua kita mempunyai talenta untuk berkhotbah guna mengadakan kebaktian kebangunan rohani yang dihadiri oleh ribuan orang. Mungkin berbicara di hadapan sepuluh orang saja kita sudah gemetaran. Tapi satu hal yang bisa kita lakukan adalah melakukan penginjilan pribadi ke pribadi. Kita dapat menginjili orang-orang yang biasa kita jumpai di dalam kehidupan kita sehari-hari dengan menggunakan karunia kita masing-masing. Itulah sebabnya, model penginjilan yang akan kita pelajari lebih jauh adalah model penginjilan pribadi, atau secara lebih khusus lagi disebut sebagai penginjilan kerabat. Kita akan menginjili orang-orang yang berada di sekitar kita, mulai dari keluarga, teman-teman, relasi, bawahan dan pimpinan kita.
Penginjil Dan Penginjilan
Reviewed by GKRI DIASPORA CAWANG
on
12:19 PM
Rating:
